Rabu, 17 Desember 2008

resensi novel hulubalang raja

HULUBALANG RAJA

Hulubalang Raja adalah salah satu karya sastrawan angkatan 20-an atau angkatan Balai Pustaka. Roman ini hasil buah pena sastrawan produktif Nur Sutan Iskandar, yang diterbitkan oleh PN. Balai Pustaka 1934.

Tema cerita : Termasuk roman sejarah, perang segitiga antara raja serakah bersama kompeni melawan seorang raja yang membela kebenaran yang tanahnya tak dijajah.

Setting cerita : Daerah Minangkabau dan Aceh. Tepatnya daerah Kota Hulu dan Kota Hilir.

Tokoh-tokohnya : 1. Sutan Ali Akbar atau Raja Adil, adalah seorang anak raja di Hulu yang bijak, jujur, baik, dan berani yang memimpin perjuangan rakyat melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja Hilir atau Sutan Muhammad Syah beserta kompeni.
2. Sutan Muhammad Syah adalah seorang raja di Hilir yang serakah, yang suka bekerja sama dengan kompeni.
3. Ambun Suri adalah seorang putri raja kota Hulu yang diperistri oleh Sutan Muhammad Syah. Dia merupakan adik kandung Ali Akbar.
4. Sutan Malakewi adalah seorang pemuda yang awalnya mempunyai moral yang tak baik, yaitu suka menyabung ayam dan mempoya-poyakan harta orang tuanya. Dia diusir oleh orang tuanya dan bekerja sama dengan kompeni dan raja kota Hilir. Tapi kemudian dia menjadi oarng baik yang melawan ketidakadilan. Dialah Hulubalang Raja.
5. Putri Rubiah adalah istri seorang kaya kecil, yang merupakan orang tua angkat Sutan Malakewi yang menjalin hubungan dagang dengan kompeni.
6. Sarayawa adalah putri Rubiah atau orang kaya kecil, yang merupakan pacar Sutan Malakewi.
7. Groenewegen adalah pimpinan kompeni di daerah Pauh yang kemudian meninggal.
8. Gruys adalah pimpinan kompeni daerah Pauh yang menggantikan Groenewegen. Gruys ini seorang pemimpin yang tak becus.
9. Verspreet adalah pimpinan kompeni pengganti Gruys.
10. Andam Dewi adalah adik Sutan Malakewi yang diculik oleh orang-orang Raja Adil, yang kemudian jadi istri Sutan Ali Akbar atau Raja Adil.
11. Putri Kemala Sari adalah istri Sutan Muhammad Syah yang pencemburu, yang mencelakakan Putri Ambun Suri.
12. Raja Hulu adalah ayah dari Sutan Ali Akbar atau Raja Adil yang bijak dan saying pada keluarga dan rakyatnya.
13. Putri Retno Gading adalah istri dari Raja Hulu yang baik, lembut dan penuh kasih sayang.
14. Selamat adalah seorang bujang yang melayani Sutan Ali Akbar atau Raja Adil yang baik dan patuh terhadap tuannya.
15. Pengetua Kampung adalah seorang abdi dikerajaan Hulu yang patuh terhadap rajanya.
16. Raja Lunang, Raja Air Haji, Raja Lakitan, Raja Batang Kapas adalah Raja-raja yang ikut sayembara memperebutkan Putri Ambun Suri, mereka bernyali kecil yang hingga akhirnya mereka kalah oleh Sutan Muhammad Syah.
17. Sultan Malafar Syah adalah ayah dari Sutan Muhammad Syah yang serakah dan bengis.
18. Kembang Manis adalah dayang Ambun Suri yang arif dan patuh pada tuannya.
19. Raja Maulana adalah mamanda Sutan Ali Akbar yang mendukung perjuangan Sutan Ali Akbar, ia menaruh dendam tak sudah kepada sultan tua karena harta bendanya dirampas baginda dengan tidak semena-mena.
20. Nahkoda Encik Marah adalah orang Tiku yang bekerja sama dengan kompeni dalam perdagangan. Tubuhnya tegap, kehitaman warna mukanya dan berkilat-kilat matanya.
21. Jurumudi Raja Gandam adalah nahkoda kapal Raja Maulana yang baik dan rajin.

Alur : Maju.
Sudut pandang : Ke-III
Gaya penulisan : Menggunakan bahasa melayu atau Minangkabau. Dalam penulisannya masih terlihat menggunakan ejaan jaman dulu dan tanda baca yang belum sesuai dengan EYD. Percakapannya banyak menggunakan pantun berbalasan dan majas.

Amanat : 1. Kita harus menyayangi antar sesama anggota keluarga serta kita juga harus menjaga kehormatan dan nama baik keluarga. Kekompakkan keluarga adalah kekuatan yang tak terkalahkan.
2. Dalam mencari jodoh hendaknya jangan tergesa-gesa apalagi melalui sayembara karena jodoh itu ada ditangan Tuhan.
3. Apabila seorang suami ingin menikah lagi hendaknya berbicara dahulu dengan istri yang tua agar nantinya tidak timbul salah paham dan mengakibatkan petaka.
4. Dalam menghadapi masalah yang sangat sulit sekali pun hendaknya kita selalu berpikir dingin dan bertawakal terhadap Tuhan YME.
5. Seorang suami haruslah bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dengan istrinya.
6. Jangan sampai kecintaan kita terhadap seseorang menimbulkan rasa cemburu yang berlebihan, itu hanya akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
7. Kita harus berani dan ikhlas dalam memerangi segala bentuk kebathilan dan kejahatan.
6. Jangan sampai menghalalkan segala cara apalagi mengkhianati bangsa sendiri hanya demi kepentingan pribadi.
7. Tidak semua orang jahat selamanya akan menjadi jahat.
8. Saling memaafkan akan menghapuskan segala dendam dan permusuhan.
9. Keserakahan akhirnya hanya akan menghancurkan diri sendiri.
10. Pemimpin yang arif adalah pemimpin yang menyayangi dan peduli terhadap rakyatnya.
11. Jangan menjadi pengkhianat bagi bangsa sendiri (musuh dalam selimut).
12. Jangan sampai kita dijajah di Negeri sendiri.
13. Doa dan usaha adalah kunci untuk sukses.
14. Semakin kita diatas / berkuasa hendaknya semakin rendah hati dan sopan kepada siapa saja.

Ringkasan cerita / Sinopsis :
Raja kota Hulu, yang merasa putrinya Ambun Suri sudah saatnya dicarikan seorang suami. Untuk itu dia mengundang para bangsawan di daerah sekitar kota Hulu ataupun dari daerah lainnya untuk mengadakan peruntungan memperebutkan putrinya itu. Namun ternyata para bangsawan itu, kecuali Sutan Muhammad Syah seorang raja serakah di kota Hilir yang berhasil melampaui perlombaan yang digelarkan, sehingga hanya dialah yang berhak melamar Putri Ambun Suri. Lamaran Raja Sutan Muhammad Syah yang sebenarnya sudah mempunyai istri dan merupakan seorang raja yang serakah itu dengan terpaksa harus diterima oleh Raja Kota Hulu.
Rupanya Putri Kemala Sari, istri Sutan Muhammad Syah merasa iri dengan Ambun Suri madunya itu, sehingga dia berniat mencelakakan Ambun Suri. Dalam suatu kesempatan niatnya itu dia laksanakan dengan baik. Putri Suri dicemplungkan ke sungai ke dalam sungai ketika putri itu mandi di sungai. Sehingga Putri Ambun Suri lenyap dibawa arus sungai dan tak tahu nasibnya lagi setelah itu.
Hilangnya Putri Ambun Suri itu ternyata membuat Ali Akbar, kakaknya Putri Ambun Suri marah besar setelah dia tahu bahwa yang mencelakakan adik yang sangat dia cintai itu adalah Putri Kemala Sari, istri tua Sutan Muhammad Syah itu. Akibatnya terjadilah perang antara kedua belah pihak, yaitu antara laskar pendukung Ali akbar dengan laskar pendukung Sutan Muhammad Syah. Cukup lama dan sengit pertempuran yang terjadi, namun karena Sutan Muhammad Syah mendapat bantuan dari kompeni maka pasukan Sutan Ali Akbar semakin lama semakin terdesak. Karena tak mampu melawan secara terbuka, kemudian Sutan Ali Akbar lari ke hutan dan melakukan perlawanan secara grilya. Sedangkan daerah Sutan Ali Akbar yang bergelar Raja Adil itu habis dibumihanguskan oleh laskar kompeni dan Sutan Muhammad Syah.
Kehadiran kompeni di daerah itu memang selalu mendapat reaksi negatif dari kebanyakan penduduk, karena kedatangan mereka disana dilihat dari tingkah lakunya tidak hanya sekedar berdagang akan tetapi ada maksud hendak menguasai perdagangan secara monopoli maupun menguasai tanahnya sekalian. Kaum kompeni itu selalu perlawanan sengit dari penduduk, terutama perlawanan dari para penduduk yang dipimpin oleh Sutan Ali Akbar yang sangat sulit untuk dikuasai oleh kompeni.
Dalam menumpas orang-orang atau rakyat yang tidak setuju dengan kehadiran kompeni-kompeni itu, maka kompeni selalu mencari dan minta bantuan pada raja-raja atau siapa saja dari rakyat yang bersedia bekerjasama dengan mereka. Nah dalam usahanya menumpas para pemberontak itu, kompeni tidak hanya dibantu oleh laskar Sutan Muhammad Syah tapi juga oleh seorang gagah berani yang bernama Sutan Malakewi. Sutan Malakewi ini ditugaskan oleh kompeni untuk menumpas kaum pemberontak yang berada didaerah Pauh. Berkat bantuan Sutan Malakewi, banyak kaum pemberontak yang hancur. Namun satu laskar pemberontak yang paling dia tumpaskan, yaitu laskar yang dipimpin oleh Raja Adil atau Sutan Ali Akbar. Malah dalam suatu pertempuran, pimpinan pasukan kompeni yang bernama Groenewegen hampi tewas digasak oleh Laskar Raja Adil, akan tetapi Groenewegen selamat ditolong oleh Sutan Malakewi. Namun sejak kecelakaan itu, Groenewegen terus mengalami sakit-sakitan hingga sampai meninggal dunia.
Gruys yang menggantikan Groenewegen ternyata tak becus dalam melawan perlawanan orang-orang pauh. Karena tak becus, dia kemudian di gantikan oleh Abraham Verspreet. Verspreet yang di Bantu oleh laskar-laskar yang dibawa dari Ambon dan Bugis itu dan bersama Sutan Malakewi menggempur para pemberontak habis-habisan.
Namun perlawanan rakyat terus saja gigih. Malah Sutan Malakewi kalau tidak di selamatkan oleh laskar yang berasal dari Bugis hampir tewas. Dia hanya terluka saja. Dan adik Sutan Malakewi malah juga tertawan dan diculik oleh oarng-orang Raja Adil. Setelah Sutan Malakewi sembuh dari lukanya, Sutan Malakewi mencari adiknya dengan cara menyamar sebagai rakyat biasa kedalam tubuh laskar Raja Adil. Namun penyamarannya itu tak lama kemudian terbongkar. Sutan Malakewi tidak dicelakai oleh Raja Adil karena ternyata perempuan yang dia culik itu, yang sekarang dia telah jadikan istri itu, ternyata adik kandung Sutan Malakewi. Melihat kenyataan itu, rupanya Sutan Malakewi juga tidak bias berbuat apa-apa, karena musuh besarnya itu sekarang telah menjadi adik iparnya sendiri. Kemudian keduanya, karena sudah menjadi saudara saling melupakan permusuhan masa lalunya. Sutan Malakewi kemudian membawa Raja Adil dan Adnan Dewi adiknya itu ke kedua orang tuanya. Dan ternyata orang tua Sutan Malakewi menerima kedatangan mereka dengan sukacita. Tidak lama kemudian pesta penyambutan Raja Adil dan istrinya itu dilanjutkan pesta besar berikutnya, yaitu pesta perkawinan antara Sarayawa dengan Sutan Malakewi yang bergelar Hulubalang Raja itu.



Kutipan :
v “ Kalau hanya perkara itu yang kautanyakan, senanglah jua rasa hatiku; dapat kujawab dengan segera. Dengarlah! Adapun adat berkorong kampung, adat beranak kemenakan, kalau beranak laki-laki, dari kecil dinanti besar; setelah besar, dipanggil gelar. Jika beranak perempuan, maka dari kecil anak itu dinanti besar; setelah besar, diajar tahu. Dan jika ia sudah tahu, artinya sudah pandai menjaga kesopanan diri dan aturan rumah tangga dan lain-lain, lalu dicarikan suami.”
v Memang elok dan molek adik Sutan Ali Akbar itu. Badan tinggi lampai, berisi penuh, pinggang sering ramping; raut muka bagai bundar telur, mata tajam memanah hati, kulit licin kuning langsat, bibir merah lagi halus dan tutur kata sedap manis. Meskipun ia kaya raya, anak orang besar pula dalam negeri, tetapi ia tidak pernah meninggikan diri.
v “ Tenatang hal itu tak dapat dibantah perkataan Sutan,” kata orang kaya di Hilir dengan perlahan-lahan. “Sebab benar belaka. Rakyat di Hilir boleh dikatakan tiada berhak sedikit juga atas miliknya. Ada bersawah, tapi padinya sebahagian besar untuk Sultan; ada berladang, berkebun lada dan lain-lain, tapi hasilnya bahagian Malafar Syah. Mana rakyat yang kaya didaerah Inderapura ini? Kalau masih berbulu, masih dapat dicukur, selalu dicukur juga oleh Sultan tua itu.”
v “Oleh karena kita tiada dapat memutuskan perkara ini, tiada lebih baikkah kita pulangkan timbangan kepada si Ambun sendiri, Ayah? Kalau kusut di ujung, patut kita lari ke pangkal, bukan?”
v “Tak baik orang perusuh, Nak hati rusuh bawa bergurau, supaya lapang kira-kira. Dan kuterangkan kepadamu apa sebabnya gelanggang tiba-tiba sunyi sepi, apa sebabnya orang mengurai bulang, lain tidak karena nan dimaksud hamper sampai dan nan diamal hamper pecah.”
v “Kami berdua bagai anak balam, Bunda. Seekor jantan seekor betina. Hilang satu, hilang keduanya. Beri izin hamba berjalan, pergi mencari ambun Suri sampai dapat atau sampai ketahuan: hilang berimba, mati berkubur.”
v “Ali Akbar,” kata ayahnya, seraya memegang tangan orang muda itu dengan cepat sigap. “Hendak kemana engkau? Rupanya engkau tidak sedikit jua sayang kepada kami. Jangan diperturutkan daya iblis. Ingat bundamu! Atau barangkali engkau suka, kami kehilangan akal dan meluluskan diri pula? Kalau begitu kehendakmu, mari kita masuk laut keempat-empatnya.”
v Orang muda itu mendekatkan mulutnya ke telinga ayahnya, lalu berbisik. “Sebelum hamba putar negeri ini, belum senang hati hamba. Dengan sendirinya, kalau kehidupan sultan sudah terancam, Kemala Sari takkan senang diam lagi. Dosanya akan menghukum jiwa raganya, Ayah!”
v “Ali Akbar, anakku,” kata Raja di Hulu dengan suara agak gemetar, serta memperhatikan air muka anaknya. “Sampai kesitu tiada terpikir olehku! Ingat, apa dan betapa akibat perbuatanmu itu kelak kepada negeri dan rakyat. Tiada ada sesuatu putar negeri, pemberontakan atau peperangan yang tidak menelan dan memusnahkan nyawa dan harta benda rakyat, Buyung!”
v Bagi Sultan Ali Akbar sambutan sedemikian berharga sekali; dapat melipur sedih dan dukacitanya, karena maksudnya tiada sampai dan lebih-lebih lagi, karena ayah bundanya yang sangat dikasihinya telah menjadi kurban kelaliman pada malam pemberontakan yang pertama itu. Raja di Hulu dan putri Retno Gading telah mati dibunuh laskar sultan; rumahnya dibakar dan harta bendanya dirampas, bersama-sama dengan kepunyaan isi kampung Hulu sekalian.
v “Tetapi dalam peperangan Tuan jadi Hulubalang, jadi panglima besar. Sampai hatikah Tuan menembaki bangsa Tuan sendiri, sekalipun Tuan tidak segan-segan akan membunuh hamba ini? Hamba, yang dalam pemandangan Tuan hanya sebagai burung lepas di udara saja? Hamba, yang Tuan perangi dengan tentara kompeni; hamba, yang Tuan kejar-kejar ke dalam rimba sebagai binatang perburuan?”
v Di dalam mesjid dan surau, sesudah sembahyang maghrib sengaja orang membaca doa akan menyatakan sama-sama bersyukur akan bahagia yang dilimpahkan Tuhan kepada keluarga panglima muda itu.
v “Ya, kebanyakan cita-cita tak sesuai dengan takdir.” Kata Raja Adil dengan tersenyum masam seraya memandang kepada istrinya. “Tuhan berbuat sekehendaknya. Kemalangan berturut-turut, bertimpa-timpa pada diri hamba. Sungguhpun demikian dalam kemalangan hebat yang akhir itu hamba sudah beroleh bahagia besar; ketika itu barulah hamba tahu dan insyaf, betapa setia si Andam Dewi kepada hamba ini… Eh, jadi dari Airhaji dengan apa Tuan kemari?”
v Ketika berhadapan dengan Raja Adil, orang besar-besar itu hendak bersikap sebagai menyambut kedatangan seorang raja yang berdaulat. Akan tetapi Raja Manyuto yang rendah hati dan sopan itu berharap benar-benar, agar supaya orang memandang akan dia tidak lebih dan tidak kurang daripada sebagai anggota keluarga Sutan Malakewi biasa saja. Dan pengharapannya itu pun dibenarkan dan dikuatkan oleh istrinya.
v “Ha, ha,” tertawa sekalian anggota keluarga yang beruntung itu bersama-sama. “Ha, ha, ha,! Benar, kalau kemauan tetap sama-sama ada, keyakinan tiada goyang, tak dapat tiada niat yang baik dan suci tercapai jua lambat-laun.”
v Ucapan itu menggerakkan mata tiap-tiap orang akan lebih memperhatikan korenah Sutan Malakewi dan wajah putrid Sarayawa dengan kasih mesra, sehingga kedua muda remaja itu tersipu-sipu kemalu-maluan, tetapi berasa sebagai di kayangan.




* S E L E S A I *

4 komentar: